Minggu, 20 April 2014

Cerpen : Uakku



Terdengar suara kokok ayam saling bersahutan. Rupanya para ayam sudah saling menyapa dan memberi kabar bahwa sang surya akan segera bangun dari tempat peraduannya. Sebenarnya kehidupan di desaku sudah mulai menggeliat sebelum adzan shubuh berkumandang. Kaum perempuan sudah mulai kegiatan memasaknya untuk sarapan, dan kaum laki-laki mempersiapkan diri untuk shalat subuh. Memang penduduk desa itu terkenal rajin. Berbeda dengan masyarakat yang katanya modern akan tetapi bangun subuh  saja malas-malasan.
Pagi hari dengan ditemani hangatnya sinar mentari, para penduduk desa yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani berjalan ke tempat kegiatannya masing-masing, ada yang pergi ke sawah, ke ladang, ke peternakan, ke kantor desa atau kecamatan, ke pasar dan untuk anak-anak tentu saja ke sekolah.
Terlihat di jalan setapak di pinggir kantor desa ada seorang  petani. Dengan tangan kanan memegang pacul ia menuju sawah yang tak begitu jauh dari sana. Dari yang terlihat petani itu sudah menginjak usia paruh baya. Uban sudah menghiasi rambut dan jenggotnya akan tetapi otot tangan dan kakinya masih kuat, itu terlihat dari langkahnya yang mantap dan tegap.
Petani itu adalah uakku. Dia adalah pensiunan kepala sekolah dasar. Bertani adalah kegiatan kegemarannya, baik di kebun maupun di sawah. Hanya sebelum masa pensiun kegiatan ini hanya dilakukannya di waktu luang. Dan sekarang setelah  memasuki masa purna bakti dia memiliki banyak waktu untuk melakukan kegemarannya itu.
Uakku sering mengobrol denganku, baik aku bertamu ke rumahnya atau dia pergi ke rumahku. Dan dia tidak suka pembicaraan yang tidak berisi. Dengan ini aku pun jadi banyak belajar dari dia tentang kehidupan. Banyak ilmu yang dapat kupetik, banyak  petunjuk yang dapat kupegang, dan banyak nasehat yang dapat kuingat. Dan pembicaraan yang paling kusukai ialah ketika dia sedang membicarakan sesuatu, atau kejadian. Dan ceritanya itu senantiasa berisi hikmah pembelajaran dan secara tidak langsung merupakan nasehat yang sangat berharga.
Salah satu cerita yang membekas dalam diriku adalah ketika dia menceritakan tentang kejadiannya saat dia menyantap bekal buatan istri tercintanya. Pada saat menikmati bekalnya itu di pinggiran sawah. Dia melihat segerombolan semut. Dia kemudian berpikir semut-semut ini sepertinya sedang mencari makanan dan tidak ada salah jika aku sedikit berbagi dengan mereka. Lalu beliau menaruh remahan nasi di dekat semut-semut itu. Dan tak lama kemudian remahan itu pun dikerubuti semut-semut itu. Setiap semut mencoba mengambil remahan nasi itu.  Walaupun ukuran remahan itu lebih besar dari ukuran tubuh semut, namun Tuhan telah memberi karunia kepada semut kemampuan untuk mengangkat beban beberapa kali lebih berat dari berat tubuhnya. Remahan-remahan itu diangkat dengan mudahnya oleh semut-semut itu dan dibawa mungkin menuju sarangnya. 


Akan tetapi ternyata tidak semuanya mulus, ada seekor semut yang terjatuh masuk ke dalam air. Dia seperti meronta-ronta tak berdaya. Uakku kasihan melihatnya dan menolongnya kembali ke daratan. Setelah melihat kejadian itu, uakku mulai merenung. Remahan yang diangkat semut yang jatuh tadi adalah rezki yang halal karena diberikan secara sukarela. Dan si semut punya kemampuan untuk mengangkat remahan itu. Namun semut itu jatuh dan mungkin karena kurang hati-hati dalam membawa remahannya itu. Dan dari hal itulah uakku dapat memetik hikmah pembelajaran yakni rezki yang halal saja kalau tidak hati-hati bisa membuat petaka, apalagi yang haram.
Itulah uakku. Walaupun kejadiannya sepele dan mungkin luput dari perhatian kebanyakan orang, akan tetapi bagi dia setiap hal pasti ada hikmah yang tersembunyi yang dapat dipetik sebagai pembelajaran bagi kehidupan.

catatan : mohon saran dan kritiknya atas cerpen ini. terimakasih.  >_<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar