Terdengar suara
kokok ayam saling bersahutan. Rupanya para ayam sudah saling menyapa dan
memberi kabar bahwa sang surya akan segera bangun dari tempat peraduannya.
Sebenarnya kehidupan di desaku sudah mulai menggeliat sebelum adzan shubuh
berkumandang. Kaum perempuan sudah mulai kegiatan memasaknya untuk sarapan, dan
kaum laki-laki mempersiapkan diri untuk shalat subuh. Memang penduduk desa itu
terkenal rajin. Berbeda dengan masyarakat yang katanya modern akan tetapi
bangun subuh saja malas-malasan.
Pagi hari dengan
ditemani hangatnya sinar mentari, para penduduk desa yang mayoritas bermata
pencaharian sebagai petani berjalan ke tempat kegiatannya masing-masing, ada
yang pergi ke sawah, ke ladang, ke peternakan, ke kantor desa atau kecamatan, ke
pasar dan untuk anak-anak tentu saja ke sekolah.
Terlihat di jalan
setapak di pinggir kantor desa ada seorang
petani. Dengan tangan kanan memegang pacul ia menuju sawah yang tak
begitu jauh dari sana. Dari yang terlihat petani itu sudah menginjak usia paruh
baya. Uban sudah menghiasi rambut dan jenggotnya akan tetapi otot tangan dan
kakinya masih kuat, itu terlihat dari langkahnya yang mantap dan tegap.
Petani itu adalah
uakku. Dia adalah pensiunan kepala sekolah dasar. Bertani adalah kegiatan
kegemarannya, baik di kebun maupun di sawah. Hanya sebelum masa pensiun
kegiatan ini hanya dilakukannya di waktu luang. Dan sekarang setelah memasuki masa purna bakti dia memiliki banyak
waktu untuk melakukan kegemarannya itu.
Uakku sering
mengobrol denganku, baik aku bertamu ke rumahnya atau dia pergi ke rumahku. Dan
dia tidak suka pembicaraan yang tidak berisi. Dengan ini aku pun jadi banyak
belajar dari dia tentang kehidupan. Banyak ilmu yang dapat kupetik, banyak petunjuk yang dapat kupegang, dan banyak
nasehat yang dapat kuingat. Dan pembicaraan yang paling kusukai ialah ketika
dia sedang membicarakan sesuatu, atau kejadian. Dan ceritanya itu senantiasa
berisi hikmah pembelajaran dan secara tidak langsung merupakan nasehat yang
sangat berharga.
Salah satu cerita
yang membekas dalam diriku adalah ketika dia menceritakan tentang kejadiannya
saat dia menyantap bekal buatan istri tercintanya. Pada saat menikmati bekalnya
itu di pinggiran sawah. Dia melihat segerombolan semut. Dia kemudian berpikir
semut-semut ini sepertinya sedang mencari makanan dan tidak ada salah jika aku
sedikit berbagi dengan mereka. Lalu beliau menaruh remahan nasi di dekat
semut-semut itu. Dan tak lama kemudian remahan itu pun dikerubuti semut-semut
itu. Setiap semut mencoba mengambil remahan nasi itu. Walaupun ukuran remahan itu lebih besar dari
ukuran tubuh semut, namun Tuhan telah memberi karunia kepada semut kemampuan
untuk mengangkat beban beberapa kali lebih berat dari berat tubuhnya. Remahan-remahan
itu diangkat dengan mudahnya oleh semut-semut itu dan dibawa mungkin menuju
sarangnya.
Akan tetapi
ternyata tidak semuanya mulus, ada seekor semut yang terjatuh masuk ke dalam
air. Dia seperti meronta-ronta tak berdaya. Uakku kasihan melihatnya dan
menolongnya kembali ke daratan. Setelah melihat kejadian itu, uakku mulai
merenung. Remahan yang diangkat semut yang jatuh tadi adalah rezki yang halal karena
diberikan secara sukarela. Dan si semut punya kemampuan untuk mengangkat
remahan itu. Namun semut itu jatuh dan mungkin karena kurang hati-hati dalam
membawa remahannya itu. Dan dari hal itulah uakku dapat memetik hikmah
pembelajaran yakni rezki yang halal saja kalau tidak hati-hati bisa membuat
petaka, apalagi yang haram.
Itulah uakku. Walaupun
kejadiannya sepele dan mungkin luput dari perhatian kebanyakan orang, akan
tetapi bagi dia setiap hal pasti ada hikmah yang tersembunyi yang dapat dipetik
sebagai pembelajaran bagi kehidupan.
catatan : mohon saran dan kritiknya atas cerpen ini. terimakasih. >_<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar