Semua anak berlari masuk ke kelas masing-masing, setelah terdengar bunyi lonceng yang menandakan waktu mulai belajar. Entong dan Toleh masih sempat bercanda di kelas ketika Pak Umar masuk kelas. " Selamat Pagi anak-anak!", sapa pak Umar mengambil posisi di depan kelas. "Selamat Pagi Pak!!!", jawab semua anak, dan kemudian bergegas mengeluarkan buku yang akan dipelajari.
"Bagaimana tugas
kita kemarin? adakah yang selesai mengerjakannya?", tanya pak Umar lembut,
dan inilah yang menjadi perbedaan pak Umar dari guru-guru yang lain.
Pak Umar tidak pernah marah walaupun
ada anak-anak yang tidak membuat Pekerjaan Rumah (PR).Pak Umar biasanya hanya
bertanya alasan anak tersebut tidak membuat PR, dan kemudian menjelaskan
tentang pentingnya PR, yaitu bukan sebuah beban, tetapi menjadi alat untuk
mendapatkan atau melatih ilmu atau pelajaran yang baru diajarkan. PR yang
diberi juga, tidak pernah di nilai oleh Pak Umar seperti kebanyakan yang
guru-guru lain lakukan. Karena menurut pak Umar, PR itu yang menilai adalah
murid itu sendiri. Kalau bisa mengerjakan, artinya murid tersebut sudah
menguasai pelajaran, tetapi bila belum, murid tersebut bisa introspeksi dan
meminta lebih waktu agar pelajaran menjadi jelas. Karena itu, PR yang diberikan
pak Umar selalu dikerjakan oleh murid-murid kelas 5 semampunya, walaupun ada
juga yang terkadang mengeluh karena waktu bermain yang berkurang.
"Maaf pak, saya
belum mengerjakannya. Saya sudah coba tanya ke Ibu, Bapak dan tetangga, semua
tidak ada yang tahu mengapa Bendera Indonesia Berwarna Merah- Putih, kalau
artinya saya tahu pak?", jawab Dewi pelan. Pak Umar tersenyum mendengar
pengakuan Dewi, hatinya senang, anak-anak sudah tidak ada lagi yang takut untuk
mengutarakan pendapat. "Kalau begitu, bisa Dewi jelaskan kepada
teman-teman arti dari Bendera Merah-Putih?", pinta Pak Umar lembut.
Wajah Dewi ceria, dia senang dan
bangga sekali diberi kesempatan untuk menjelaskan ke teman-teman satu kelasnya.
"Kemarin aku bertanya kepada Ibu, kata ibu arti warna merah adalah Berani,
dan arti warna putih adalah suci. Kalau diibaratkan, warna merah melambangkan
tubuh manusia, dan warna putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling
melengkapi dan menyempurnakan Indonesia, begitu saja pak", tutur dewi yang
kemudian langsung duduk kembali.
"Terima kasih Dewi, bagaimana ada pendapat lain?", tanya pak
Umar. "Pak! kalau kata mak'e beda?", Tejo langsung menyambar pertanyaan
Pak Umar. "Baik Tejo, bisa dijelaskan?", pinta pak umar dengan senyum
yang tersungging. Tejo langsung berdiri, anak yang bertubuh kurus tetapi selalu
bersemangat itu langsung saja menyampaikan pendapatnya. " Kalau kata
mak'e, jaman dahulu kala warna merah dan putih mengandung makna yang suci.
Warna merah mirip dengan gula merah/aren dan warna putih mirip dengan warna
nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia terutama di
pulau Jawa. Kata Mak'e juga..waktu jaman kerajaan Majapahit masih berjaya,
warna panji-panji yang digunakan adalah merah putih yang disebut umbul-umbul
abang putih. Oh iya... waktu mbak Sri sukuran kemarin, untuk selamatan
kandungan bayinya sesudah berumur empat bulan di dalam rahim, maka dibuat bubur
berwarna merah sebagian. Kata Mbak Sri, Orang Jawa percaya bahwa kehamilan
dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, dan unsur putih
sebagai lambang ayah. Begitu pak!", Ujar Tejo dan langsung duduk kembali.
"Terima kasih Tejo!",
senyum pak Umar merekah.. beliau bahagia murid-muridnya sudah berani
mengungkapkan pendapat. "Apa yang dikatakan oleh Dewi dan Tejo adalah
benar, itulah makna filosofis dari Warna Bendera Merah putih. Sekarang kita
kembali ke pertanyaan kemarin, Mengapa Bendera Indonesia berwarna merah putih?,
ada yang bisa menjelaskan?", tawar pak Umar. Kelas pun menjadi hening,
semua anak saling melirik.
"Saya coba
jelaskan pak!", Entong menunjuk tangan. Setelah dipersila pak Umar, Entong
pun berdiri. " Kemarin aku dan Toleh diajak oleh Kak Buana untuk melihat
di internet. Wah, hebat sekali pak.. disana banyak sekali informasi yang bisa
diperoleh. Setelah dicari-cari kak Buana, ternyata kita dapatkan kesimpulan,
Kalau alasan kenapa Bendera Indonesia berwarna merah putih adalah berdasarkan
sejarah bangsa kita".
"Seperti tadi yang diceritakan
oleh Tejo, pada jaman majapahit, memakai bendera merah putih sebagai
lambang kebesaran. Sebelum majapahit, kerajaan Kediri juga memakai
bendera merah putih untuk panji-panjinya. Tidak hanya di tanah jawa saja, di
tanah Batak Sisingamangaraja IX pun memakai bendera merah putih sebagai
benderanya. Bergambar pedang kembar yang melambangkan pisau gajadompak (pusaka
raja-raja sisingamangaraja I-XII) dengan warna dasar merah menyala dan
putih."
Di Aceh, bendera perang
juga berwarna merah putih, dan dibelakangnya diaplikasikan dengan gambar,
bulan, bintang, matahari, bulan sabit dan beberapa ayat suci Al Quran.
Begitu juga di dijaman kerajaan Bugis Bone-Sulawesi Selatan sebelum arung
palaka. Bendera Merah putih adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan
bone. Bendera Bone itu dikena dengan nama woromporang.
Selesai menjelaskan, Entong pun
tersenyum, dan melihat ke sahabatnya Toleh. Toleh pun membalas senyum Entong.
"bolehkah saya menambahkan pak?", tanya toleh, yang langsung dibalas
anggukan pak Umar.
"Dari internet juga,
dijelaskan kalau pada waktu perang jawa (1825-1830 M), Pangeran Diponegoro
memakai panji-panji berwana merah-putih dalam perjuangannya melawan Belanda.
dan pada awal abad ke-20 setelah perang dunia berakhir, Indonesia merdeka dan
mulai menggunakan bendera Merah puth sebagai bendera Nasional", jelas
Toleh. Setelah selesai Toleh pun duduk kembali.
Pak Umar tersenyum bangga, seluruh
anak-anak pun tersenyum bahagia, di dalam hati mereka bahagia dan bangga
terhadap Sang Merah Putih, setelah mengetahui perjuangan para Pahlawan.
Sumber :
http://cerita18hujan.blogspot.com/2010/12/ke-05-mengapa-bendera-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar